In Memoriam Lisa Anggraini
"Tante Icha...tante icha....," begitu aku kerap memanggilmu, bu. Sebaliknya, dirimu memanggilku E-an, seperti panggilanmu kepada ponakanmu yang bernama sama denganku. Tak terpikir jika acara farewell di kantor menjelang penghujung tahun lalau merupakan pertemuan terakhir kita.
Dua minggu terakhir ini aku mendapat tugas untuk menulis tentang dirimu, bu. Khususnya tentang Complaint Handling Unit yang dulu ibu gawangi. Sulit sekali rasanya aku menemukan ide untuk menulis tentang ibu. Entahlah, apa karena aku merasa bahwa dirimu masih ada ya bu...
Ingat perjalanan kita Singkil dan Simelue pertengahan tahun lalu bu? Ketika aku meminta pilot bule itu mematikan mesin guna menunggu dirimu yang terlambat datang? Dan bisa-bisanya itu bule mau aja nurut. Ingat ketika kapal tongkang kita nyaris karam di perairan Singkil? Ketika semua orang panik, dirimu dengan santainya memotret kepanikan di atas kapal itu- sampai sepasang bule yang juga ada di kapal itu terheran-heran dengan ketenangan yang kau miliki, bu..tak heran banyak yang tak menyangka sebenarnya saat itu dirimu tengah mengidap kanker.
Rasanya semua itu seperti kemarin ya bu. Rasanya aku masih bisa mendengar lelucon-lelucon segarmu, sembari sayup-sayup mendengar suaramu menirukan gaya seorang komedian, "Prok..prok..prok jadi apa prok...prok..prok....".
Tuhan memang punya rencana lain, agaknya. Mungkin ini yang terbaik ya bu. Seluruh jasa dan kebaikan ibu selama bekerja untuk Complaint Handling Unit masih berjejak hingga kini. Aku menelusuri laporan-laporan ibu dari file yang kudapat dari Nasriady. Bu, dalam kunjunganku beberapa waktu lalu ke wilayah proyek, aku masih melihat jejak-jejak yang kau tinggalkan untuk para penerima manfaat di sana. Semua itu tak akan lapuk dimakan zaman.
Selamat jalan ibu...
Dua minggu terakhir ini aku mendapat tugas untuk menulis tentang dirimu, bu. Khususnya tentang Complaint Handling Unit yang dulu ibu gawangi. Sulit sekali rasanya aku menemukan ide untuk menulis tentang ibu. Entahlah, apa karena aku merasa bahwa dirimu masih ada ya bu...
Ingat perjalanan kita Singkil dan Simelue pertengahan tahun lalu bu? Ketika aku meminta pilot bule itu mematikan mesin guna menunggu dirimu yang terlambat datang? Dan bisa-bisanya itu bule mau aja nurut. Ingat ketika kapal tongkang kita nyaris karam di perairan Singkil? Ketika semua orang panik, dirimu dengan santainya memotret kepanikan di atas kapal itu- sampai sepasang bule yang juga ada di kapal itu terheran-heran dengan ketenangan yang kau miliki, bu..tak heran banyak yang tak menyangka sebenarnya saat itu dirimu tengah mengidap kanker.
Rasanya semua itu seperti kemarin ya bu. Rasanya aku masih bisa mendengar lelucon-lelucon segarmu, sembari sayup-sayup mendengar suaramu menirukan gaya seorang komedian, "Prok..prok..prok jadi apa prok...prok..prok....".
Tuhan memang punya rencana lain, agaknya. Mungkin ini yang terbaik ya bu. Seluruh jasa dan kebaikan ibu selama bekerja untuk Complaint Handling Unit masih berjejak hingga kini. Aku menelusuri laporan-laporan ibu dari file yang kudapat dari Nasriady. Bu, dalam kunjunganku beberapa waktu lalu ke wilayah proyek, aku masih melihat jejak-jejak yang kau tinggalkan untuk para penerima manfaat di sana. Semua itu tak akan lapuk dimakan zaman.
Selamat jalan ibu...
Comments
Post a Comment