Jadilah #10For1Thalassemia untuk Aceh



Tak ada kesakitan di wajahnya. Senyum dan tawanya merekah. Bicaranya lancar. Padahal, di saat yang sama, selang transfusi darah terus mengalir ke nadinya. Begitulah, kegiatan saban bulan M.Firdaus, 30 tahun - harus menjalani transfusi darah. Tapi penyakit Thalassemia yang menggerogoti tubuhnya dan ketiadaan limpa tidak lantas membuat hidupnya jadi patah arang.Thalassemia merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.


Daus, demikian dia dipanggil. Kesibukannya setiap hari menjadi wasit di lapangan tennis di salah satu kawasan di Banda Aceh. Jika dia tak berucap tentang sakitnya, pastilah tak ada yang tahu kalau Daus mengidap Thalasemia dan hidup tanpa limpa. Tak hanya sibuk di lapangan tennis, Daus juga jago main catur. Beberapa kejuaraan catur di Banda Aceh sudah dijajalnya.

“Tanggal 18 Desember nanti saya ikut kejuaran catur,” ujarnya berpromosi. “Boleh saya ikut nonton,” tanyaku. “Boleh kali, datang aja,” katanya sembari tersenyum. 

Ketika saya datang siang itu bersama @DarahUntukAceh banyak Daus-Daus lain di ruang Thalassemia di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), Banda Aceh. Mulai dari yang berusia 4 tahun sampai berusia 38 tahun.

Dari cacatan RSUZA, ada sekitar 150 penderita Thalassemia di Aceh. Tetapi jumlah ini ternyata yang terdata. Karena masih banyak orang tua karena ketidakmampuan secara ekonomi dan ketiadaan pengetahuan , tidak memeriksakan anak-anaknya. Artinya, masih banyak lagi penderita Thalassemia lainnya di luar sana.

Dari beberapa literatur disebutkan, semua  penderita penyakit Thalassemia  memiliki  gejala  yang  mirip, tetapi  beratnya  bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada  bentuk  yang  lebih berat,  bisa menderita sakit kuning,  luka  terbuka  di kulit, batu empedu dan pembesaran limpa. Gejala Thalassemia dapat dilihat  ketika anak berusia 3 bulan hingga 18 bulan. Untuk memastikan seseorang mengalami Thalasemia atau tidak, harus dilakukan dengan pemeriksaan  darah. 

Pada Thalassemia yang berat, diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam folat. Penderita  yang  menjalani  transfusi,  harus  menghindari tambahan zat besi. Pada  penderita yang  sangat  berat, diperlukan pencangkokan sumsum tulang. 

Kebutuhan darah bagi para penderita thalasemia di Aceh sangat tinggi. Penderita Thalassemia Aceh tertinggi nasional : 13,5 % (MenKes 2010).  


Thalassemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Karenanya, pada  anggota keluarga  dengan  riwayat  thalasemia harus memeriksakan dirinya sebelum menikah.

Jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) Thalassemia, maka anak  mereka  memiliki  kemungkinan  sebesar  25 persen  untuk  menderita Thalassemia. Ayo, peduli Thalassemia. Jadilah salah satu donor bagi penderita Thalassemia. Jadilah bagian dari Program #10For 1Thalassemia untuk Aceh. (Nur Raihan Lubis)

klik www.darahuntukaceh.org                                                                                                              Follow @ DarahUntukAceh                                                                                                          
Facebook Darah Untuk Aceh                                                                                                              e-mail:Info@darahuntukaceh.org                                                                                                                          Jl. Tuan Dipulo No. 8 Lamdingin – Banda Aceh                                                                                        Contact Person Hp. 082163299933 – Nurjannah

foto-foto : Nur Raihan Lubis

Comments

Popular Posts