Laki-laki yang Menunggu Hujan #Inspirasi

Pak Arifin dan payungnya. Foto: Raihan Lubis
“Lagi nunggu siapa, Neng?” tanyanya.

“Menunggu teman, Pak,” jawabku sembari melempar senyum. Dia bertanya begitu, karena dari tadi aku mengabaikan segala macam angkutan umum yang melintas di depanku, dan sebentar-bentar melihat ke arah jam dan juga ponselku.

“Kalau bapak sedang menunggu hujan,” katanya kemudian tanpa kutanya. Dia melempar senyum balik yang lebar kepadaku.

Kami berdua tertawa.



“Iya, langitnya sudah gelap, tapi hujannya belum juga turun,” jawabku.

Itulah percakapan awalku dengan Pak Arifin, seorang tukang ojek payung di kawasan Senayan.
Sudah 11 tahun profesi ojek payung ini dilakoninya. Meski usianya sudah 72 tahun, tapi dia terlihat cukup segar.

“Nggak betah di rumah. Rasanya gimana ya. Dulu saya ini kuli di pasar, terus jualan minuman di dekat lapangan Senayan situ. Setelah itu, ya ngojek payung ini dan kalau lagi nggak hujan ya ikut jual-jual tanaman hias juga sama ponakan kalo lagi nggak hujan. Mungkin karena sudah biasa gerak, jadi kalau diam aja suka nggak enak,” katanya.

Hujan tak juga turun.

“Kalau nggak jadi hujan, berarti memang belum rezeki. Yang penting kita usaha, ikhtiar. Rezeki sudah ada yang mengatur," katanya sebelum aku pergi meninggalkannya - dan hujan belum juga turun.

Comments

Popular Posts